28.1.09

Siapa kita ?. Pertanyaan yang mendasar, ramai orang yang keliru untuk menjawab pertanyaan ini. Walaupun kebenaran dari pertanyaan ini relative, tetapi saya memiliki pemikiran sendiri yang mau saya share, sekaligus mengingatkan kepada diri saya sendiri dan teman dan my students juga.


Ok, pertama saya mau mentrace back awal kita semua dilahirkan, kenapa ye kita ni yang dipilih untuk dilahirkan. Bayangkan saja diantara jutaan sperma yang berlumba-lumba untuk membuahi sel indung telur hanya satu yang menjadi pemenang, dan itu diri kita sendiri, how lucky we are. Sekali lagi kenapa kita yang dipilih, semua itu jelas ada tujuan.

Kita telah ditakdirkan Allah menjadi manusia, seorang khalifah bagi dirinya sendiri dan juga alam ini. Suatu amanah yang sangat berat, bahkan gunung sekalipun menolak ketika diminta Allah untuk dijadikan khalifah di bumi ini. Selain itu manusia juaga diciptakan untuk beribadah kepada Allah dan mencari redha sang khalik tersebut.

Khalifah atau Pemimpin iaitu orang yang bertanggung jawab terhadap hal-hal yang dipimpinnya, pengertian itu mengimplikasikan bahawa kita bertanggung jawab atas diri kita sendiri dan lingkungan sekitar kita.


Cuba lihat diri kita masing-masing sudah seberapa baik diri kita dan sudah seberapa lengkap lingkungan sekitar kita. Banyak diantara kita hanya peduli pada dirinya sendiri dan kurang peduli dengan orang lain, sebahagian mereka beralasan bahawa diri kita sendiri saja belum lengkap sudah mau mengatur orang lain.


saya rasa kita tidak akan pernah ada kesempatan untuk peduli kepada orang lain. Pada dasarnya manusia memiliki keinginan untuk diperhatikan, untuk itulah kita tidak perlu ragu untuk sama-sama saling mengingatkan, apabila ini dilakukan sesuai dengan proporsinya akan tercipta suatu hubungan yang saling menguntungkan dan secara tidak langsung mengakrabkan hubungan interpersonal di dalam suatu komunitas.

“Tidaklah aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepadaku”, dari ayat diatas jelaslah bahwa kita diciptakan hanya untuk beribadah kepada Tuhan.

Konteks beribadah ini sangat luas, bukan hanya terskop dalam bentuk ibadah vertical saja, tetapi juga horizontal. Banyak orang yang terjebak dalam konteks berfikir bahawa yang namanya beribadah adalah ibadah yang berhubungan langsung dengan tuhan atau biasa disebut dengan ritual, bagi orang Islam contohnya solat, puasa, berzakat (sekuler). Ibadah tidak hanya itu saja, semua aktifitas yang kita lakukan memiliki nilai ibadah, menuntut ilmu, bersosialisasi, mengerjakan tugas, bahkan hal kecilpun seperti mandi ataupun tidur dapat memiliki nilai ibadah. Hanya satu hal yang menjadikan aktifitas kita memiliki nilai ibadah yaitu niat, coba kita renungkan kembali apa yang menjadi niat kita ketika melakukan semua hal tersebut.

Contoh, sebagai mahasiswa informatika,yang kehidupannya selalu dipenuhi dengan tubes, apa tujuan kita mengerjakan tugas-tugas tersebut? Sangat disayangkan apabila tujuan kita hanya nilai, ada hal lain yang jauh lebih berharga dari itu semua. Niat disini juga berpengaruh pada penyikapan kita terhadap hasil dari aktiftas yang kita lakukan, dengan niat yang berorientasikan hasil bisanya akan muncul sikap menyalahkan diri sendiri, merasa tidak mampu apabila hasil yang kita peroleh tidak sebanding dengan usaha yang kita lakukan dan sikap-sikap tersebut kemungkinan besar akan berujung pada keputusasaan. Berbeda apabila niat kita adalah ibadah, dengan niat seperti itu kita memiliki anggapan bahwa semakin besar usaha yang kita lakukan semakin besar nilai ibadah yang kita terima, tetntu saja anggapan ini akan meningkatkan kinerja kita dalam melakukan aktifitas tersebut dan walaupun nantinya hasil yang kita peroleh tidak sesuai dengan harapan kita, kita tidak akan terjebak di dalam keputusasaan, karena nilai yang jauh lebih besar sudah kita dapatkan melalui proses kerja keras yang telah kita lakukan.

Jadi idealnya hidup ini harus diwarnai dengan berbenah diri dan berkontribusi, kemudian jangan lupa semua itu harus dilandasi dengan niat ikhlas untuk beribadah dan mengharap rido darinya.